Monday, April 28, 2008

Djarum Leadership Tarining

" Dare To Be A Leader"


” I don’t think you have to be wearing stars on your shoulders or a title to be a leader.
Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time”

- General Ronal Fogelman, US Air Force –


Sebenarnya acara ini sudah berlangsung pertengahan April lalu, tetapi baru sempat diposting hari ini. Acara ini adalah “Dare to be a leader” atau yang dikenal training to be a leader yang diselenggarakan oleh PT. Djarum bekerjasama dengan 'TopConcept, Training and Organisationsentwicklung' yang berpusat di Munich, Jerman dan memiliki cabang di Prague, Zurich, Vienna, dan Jakarta. Trainer dalam acara ini adalah Bapak Marthen Sumual, seorang trainer yang bisa memberikan semangat dan inspirasi for the participants.
Betapa menyenagkan bisa mengikuti program yang diadakan oleh PT. Djarum ”Dare to be a leader”, karena untuk menjadi peserta dalam training ini pun harus diseleksi secara ketat. Alhasil, jumlah peserta yang bisa mengikuti acara ini ada 80 mahasiswa dari Yogyakarta dan Jawa tengah. Sayangnya, kursi yang diberikan untuk Universitas dimana saya belajar hanya ada 7. Jadinya agak sedikit kecewa, karena Universitas Negeri mendapatkan kursi yang lebih banyak, berkisar antara 15 – 25 kursi. Hilda, salah satu rekan dari UMY mengatakan bahwa masih ada streotype kalau universitas swasta masih diremehkan atau dimarginalkan. Padahal sekarang Universitas swasta dan negeri tidak ada bedanya.
Training berlangsung selama dua hari yang sedikit meletihkan. Tetapi untungnya, kita bisa menginap gratis di Hotel Quality Jogja selama semalam. Soal makanan tidak diragukan lagi, pokoknya perbaikan gizi buat yang kost.

Apa yang bisa saya tangkap dalam training ini adalah bahwa seorang pemimpin sejati muncul ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya. Leadership is to move people to a common goal.
Training ini sangat berguna untuk para generasi muda untuk menghadapi tantangan dan kompetisi global. Dalam menghadapi tantangan yang ada, maka yang diperlukan setiap orang adalah sebuah landasan mental yang positif.

Positif terhadap orang lain
Positif terhadap perubahan
Positif terhadap masa depan
Karena ada dua hal yang bisa mengantar kita untuk menuju ke pintu kesuksesan, yaitu:
- sikap postif
- Tekad untuk selalu belajar

Kalau ada yang mengatakan training ini sebagai ajang mencari jodoh, menurut peserta ada yang mengatakan bisa juga. Soalnya dari beberapa peserta putri, ada yang ditaksir oleh banyak peserta cowok yang bernama Irine, mahasiswi Hukum UGM. kalau saya??? biasa saja kok...

Tuesday, April 22, 2008

My April...

April-ku datang. April, dimana aku memanjatkan syukur yang lebih kepadaNya. Hari ini, aku bersujud dihadapanMu dengan penuh rasa terima kasih atas kehidupan yang tlah Kau berikan kepadaku sebagai seorang HambaMu. Terima kasih Tuhan...

Kalimat syukur itu terucap dalam hatiku. Hari ini aku berumur 22 tahun. Umur yang sepertinya tak tepat dan tak pantas untukku. Menurutku, aku sepertinya lebih pantas berumur 19 tahunan. Karena wajah yang menurut mantanku, ”masih seumuran adik kandungnya yang berumur 18 tahun” dan sifatku yang terkadang masih seperti anak SMA. ”Wake up Ardhi, kamu sudah semester VIII”. The age must go on... dan aku harus menyadari bahwa aku sudah berkepala dua lebih. Tak terasa begitu cepatnya waktu kan berlalu.

Dan hari ini...

Tuhan memberikan sebuah anugrah terhebat dalam hidupku. Hingga detik ini, aku belum bisa mengungkapkan apa yang tlah Tuhan berikan padaku...aku hanya bisa mengucapkan luar biasa. Hari ini, aku bisa berkumpul dengan keluarga tersayangku, berbagi dengan saudaraku, tertawa dengan teman terbaikku. Hari ini aku benar merasakan cinta yang mereka berikan kepada diriku. Walaupun tidak ada party dalam menyambut hari kelahiranku, aku bisa merasakan kasih sayang mereka hingga waktu ini. Sekali lagi terima kasih Tuhan, atas Anugrah terhebat ini. Trima kasih, Kau tlah menghadirkan mereka untukku.

(My mom, me dan Bungsu saat waktu menunjukkan 19 april 2008, pukul 12.01 am. Masih ngantuk...)



Kutiup lilin kecilku
AKu bernyanyi

tersenyum
tertawa

Berteriak
Aku bersenandung
Aku bersyukur
Aku bersujud
Dan aku berdo’a.
Terima kasih Tuhan atas kehidupan ini...



Monday, April 7, 2008

Untuk dia...

Dia,
yang menunggu...
yang berharap...
yang bermimpi...

tidak untuk hari ini...
esok hari..
.
dan tidak untuk nanti...

Kepasrahanmu...
Kekecewaanmu...
Keputusasaanmu...

Maaf, Aku tak bisa...
Aku ak pantas,
dan tak layak
bersamamu...

Bukan karena ku tak menganggapmu
Bukan karena aku merendahkanmu
Bukan karena aku meremehkanmu
Tapi, karena kau tak ada ruang dihatiku

Dan karena,
Aku masih menanti kehadi
rannya kembali...

Thursday, April 3, 2008

Saatnya balas dendam....

Menurut banyak orang kata "balas dendam" itu konteksnya tidak baik, lebih baik memaafkan kesalahan orang daripada balas dendam di kemudian hari. Tetapi permasalahan ini berbeda dengan diriku. Belakangan ini mungkin aku salah satu orang yang tidak disukai oleh anak-anak semester bawah yang sedang menempuh ujian mid-semester, karena kali ini aku menjadi seorang pengawas ujian. Betapa menantangnya menjadi seorang pengawas ujian karena harus waspada disetiap detiknya. Ngga' boleh ada yang nyontek, karena sudah ada peraturan yang menyatakan "cheating or being cheated is strictly prohibited". Karena aku adalah orang taat pada peraturan tertentu, mau tidak mau harus obey the rule! Yah begitu rasanya, ketika kita mendapatkan soal ujian yang sulit dikerjakan, banyak orang menghalalkan segala cara untuk bisa mengerjakannya. Makanya setiap ada gerak-gerik yang mencurigakan, mataku langsung tertuju pada peserta ujian. "please, don't discuss the questions with your friends or your exam will be scored zero". Makanya harus was-was...
Ingin rasanya berbagi pengalaman. Dulu sewaktu aku mengerjakan ujian, akupun juga merasa begitu. Betapa terancamnya aku ketika akan menyontek hasil pekerjaan teman or menyontek dari catatan kecil. Tetapi untunglah, itu tidak terjadi padaku (nyontek). Makanya daripada menyontek lebih baik mengerjakan sebisa mungkin, ngawur juga tidak apa-apa yang penting dikerjakan. Itukan sudah hasil pekerjaan kita sendiri.

Yang Bikin peserta ujian semakin cemas, ketika waktu ujian sudah habis. Makanya, selesai or tidak selesai pekerjaan mereka harus aku ambil. sebenarnya tidak tega, tapi bagaimana lagi. Aku dulu juga diperlakukan begitu.
Semoga pembalasan ini tidak berdosa buat diriku karena hal ini untuk melatih kedisiplinan kita semua. Maafkan saya....