Saturday, November 8, 2008

Sebuah catatan: Jogja - Jakarta

Ini adalah kedua kalinya aku berada di Jakarta dalam sebulan. Kedatanganku di kota yang penuh dengan kemacetan ini semata untuk mengadu nasib, mencari sebuah pekerjaan yang layak untukku. Jauh berangkat dari kota yang memberikan banyak kenyamanan "Jogja", menuju kota yang memberikan keterbatasan ruang untuk bernafas "Jakarta". Perjalanan kali ini menuntutku untuk lebih berjuang, bagaimana aku merasakan susahnya hidup dan tentunya jauh dari keluarga tercinta di Jogja. Aku masih ingat betul waktu itu, ketika Ayah dan sibungsu mengantarku ke stasiun, kami berlari panik karena kereta akan berangkat 5 menit lagi. Keterlambatanku bukan masalah waktu, tetapi aktivitasku yang baru saja pulang dari salatiga karena menyelesaikan project dengan Jamsostek.
Petualangan pun dimulai, Senin subuh aku sampai di Jakarta dan saat itu aku segera menuju rumah omku di Jakarta Selatan, perjalanan dari stasiun menuju rumah lumayan juga. kemudian selasa pagi, aku berangkat menuju kawasan Sudirman karena aku ada jadwal interview. Sebelum interview, aku bertemu dengan Mas Mamat. Seorang teman yang sudah seperti saudara sendiri. Dia meminjamiku dasi karena aku lupa membawa dasi dari Jogja. Waktu itu selasa pukul 8.45, aku menuju sebuah gedung mewah mungkin dengan ketinggian lebih dari 25 lantai. Dalam hatiku berkata "wuih gedungnya bagus, tinggi lagi". Aku tersenyum kemudian, dalam benak pun berkata "Aku orang biasa dari Jogja yang tak pernah terbiasa dengan pemandangan seperti ini". Tapi yang jelas kekampunganku tak boleh muncul. ....
to be continued...